Music

Senin, 03 Desember 2012

Terngiang

Judul diatas bukan salah satu lirik lagu dangdut loh !, tapi hmmmmmmmmm......
Begini awalnya, salah seorang temanku, akan ikut ke Jakarta untuk mengeluarkan aspirasi mereka (karena temanku adalah anggota BEM) di gedung KPK. Dan kebetulan, dia disuruh untuk membuat sebuah tulisan (ya entah apa namanya, artikel, karya ilmiah, dan terserahlah) yang mengisnpirasi (jadi tulisan apa namanya?).
Saat kami bercakap-cakap tentang misi tersebut, dia dengan santainya menunda apa yang telah di tugaskan padanya.
"kamu banyak hal yang harus dikerjakan".
"nanti saja, aku belum mendapatkan inspirasi untuk menulis".
"oke, menulis itu perlu keheningan, aku pikir (untuk aku yang merasa sebagai penulis amatiran -sadar diri- haha)."
"iya, memang. saat ini, aku hanya ingin beristirahat sebentar dengan mengobrol santai"

aku mengerti, dia memang memiliki sikap bawaan yang (sangat) santai, katanya. (hahahha, eh !)

"oke, silahkan, pasti kamu akan mengalami kebingungan, kalimat apa yang akan kamu tulis, untuk mengawali paragraf peratamamu".
"ah, kadang, tapi tidak seperti kamu, memangnya harus galau dulu supaya bisa menulis".

beberapa menit hening ....

percaya atau tidak ?
Sampai saat ini, aku masih mendengar dan terekam jelas apa yang dia ucapkan tentang aku.
Bukan maksud aku membeci atas apa yang telah dia ucapkan. bukan !
Perkataannya membuat aku mengeluarkan jurus emas pada saat itu -diam-.
Aku tiak ingin berdebat dengannya, aku malas. Pada kenyataannya aku akan kalah.
Dan jujur, bukan aku takut dengan kekalahan, karena aku bukan pecundang (hahah ah masa?). Saat itu, aku benar-benar diam, bahkan hati aku yang suka mengoceh pun diam, dia tidak berkata.
Sekaranglah saatnya... Aku akan membela segala sesuatunya yang dia hakimi tentang aku.

Seseorang itu diciptakan dari asal (bahan) yang sama. Namun, mereka akan berbeda jika mereka tumbuh.
Dan begitulah seperti kita yang berbicara mengeluarkan tentang apa yang kita rasa dan kita pikirkan.
Yang lain memang hebat dalam penyampaian secara lisan, tetapi ada yang lain juga yang memang hebat menyampaikan secara tulisan.
Coba renungkan,  rata-rata yang menarik untuk ditulis bukankah tentang kesedihan? tentang kegalauan? apa pun itu, baik menyangkut hidup, percintaan, pertemanan, kehilangan, harapan dan masih banyak yang lainnya.
Kenapa ?
Pendapatku secara pribadi, karena perasaan seperti itulah yang mudah digambarkan, dan mudah diuraikan lewat tulisan dibandingkan lewat lisan (untuk sebagian orang).
Toh, banyak, kan? orang yang mencurahkan isi hati dan pengalaman hidupnya, yang  kini akhirnya menjadi penulis?
Seperti Iwan Setiyawan lewat  9S10A-nya dan Andrea Hirata lewat Laskar Pelangi-nya.
Hanya saja mereka (sang penulis tersebut) pandai memainkan kata dan merangkai kata, sehingga apa yang mereka tulis, tidak terlihat "hanya sekedar curhat".
Coba renungkan ...

Pelit katanya

Ada kalanya hal kecil itu hanya bisa kita nikmati sendiri, tertawa sendiri tanpa membagi.
Hey ! bukan pelit, coba saja setelah tertawa kita bagi, dan mungkin saja kan yang lain hanya diam, akibat apa yang kita bagikan malah tidak membuat mereka geli?.
Dan akhirnya berhenti. Nikmatilah sekiranya tertawa itu memang harus kita miliki sendiri.

Kamis, 01 November 2012

Beda(-)kan(?)

Coba bedakan sesuatu bukan hanya dari satu sudut.
Coba bedakan sesuatu dari dekat dan jauhnya kita memandang.
Coba bedakan sesuatu apapun itu bukan dari apa yang kita ketahui secara simpang siur.
Coba bedakan sesuatu apapun itu tidak dengan cara sebegitu cepatnya kita menyimpulkan.
Coba beda (-) kan (?)

Oktober

Kosong.
Kamu menyelami aku, seperti kamu menyelami tulisanku. 


Tersimpulkan : hidupku begitu dalam.
Begitu ?
Salah. Kamu terlalu dalam menyelam, tapi kamu kedasar mana?

Ganjal

Ada yang diam disana ? dan hatinya yang menahan bicara. 
Apa tandanya? sesuatu yang ganjal disana. Maka bicarakanlah. Mungkin cukup.

Minggu, 30 September 2012

Ada aku

Ternyata di sana. Tepat di suatu lorong yang kosong dan gelap, terselip cahaya yang sempat menyala. Dan itu aku. Sempat padam, dan menyala, begitu seterusnya. Hingga cahayanya pecah, lalu menyebar dan membakar. Apinya menjalar, itulah amarahnya.
Sakit ya ? semakin kamu terbakar, aku semakin berdosa.

Minggu, 02 September 2012

Benar ?


Dan tak ada kata ‘sejati’ yang tepat untuk melengkapi bagian belakang pada sebuah status. Layaknya : sahabat ‘sejati’. Bagiku, itu hanyalah sebuah kebohongan !

Minggu, 19 Agustus 2012

Mengenang Pak Jo

kelas kita.
kini badai datang lagi.
ruangan ini tetap sama dengan segala keluh kesah kita bercampur decak kagum seisi penghuninya dengan kebersamaan kita.
saat itu, bangku keempat dimana dua orang laki-laki tepat memandang layar komputer lipat, sontak berdiri.
disanalah kronologi, yang lain membisu dan kaku.
menjadi penonton opera perang yang menghasilkan ultimatum untuk dia yang berani berkoar pada badai.
badai memang berkuasa di kelas kita, disini gudangnya bocah.
yang membuat badai mengamuk semaunya memporak porandakan jiwa-jiwa perompak.

Pekikan penyemangat

terkadang, kita tak perlu peduli pada mereka yang mencecar kita. jadikanlah mereka penyemangat mimpi kita. buktikan pada mereka, kalau kita bisa !

Kamis, 16 Agustus 2012

Tentang Ayah dan Buku

Kemarin, baru saja aku selesai membaca novel Ibuk  dari Iwan Setyawan.
Berhubung aku tidak punya waktu banyak, untuk membacanya.
Novel yang aku beli di tanggal 21 Juli, terselesaikan kemarin. Bayangkan? Kemarin.
Bulan juli itu aku anggap bulan yang lumayan sibuk.
Makannya, baca novel ibuk, aku sempatkan di setiap ada waktu luang aja.
Maklum MABA. HAHAHA
Setiap hari bertemu quiz. Secara tidak langsung, itu memaksa aku untuk harus selalu membaca setiap dapat materi baru dari kuliah dan praktikum.
Karena UAS telah selesai, dan sekarang waktu berlibur, aku isi lagi deh sama yang namanya baca. Yup ! baca. Niat aku baca, bukan karena seutuhnya aku mau jadi penulis ya.
Aku ga terlalu ambisius tuh. Beneran deh suerrrrrrrrrrr. HAHA
Tapi aku memang suka menulis. Dan mudah-mudahan jadi penulis. Kalau pun engga jadi, kan aku sudah bilang, aku tidak ambisius.
Well, pas di hari pramuka, aku selesai baca Ibuk, aku juga beli buku baru. Asyik buku baru !
Penasaran seperti apa sih kumpulan karya mas Yunus Kuntawiaji.
Aku tau mas Kunta –sok akrab- dari tumblr.
Aku pikir, dia sendiri yang menulis semua kumpulan cerpen.
Ternyata sama temennya juga toh, mba Kinsi. Aduh aku belum follow nih hihi.
Ternyata, Taste Buds itu beneran taste banget kumpulan cerpennya.
Di tunggu lagi loh karya-karya selanjutnya mas.
Terus pasti kalian mikir, apa hubungan judul postnya aku sama cerita di atas?
Oke, langsung aja deh. Usut punya usut. Hobby baca aku itu, turun dari ayah.
Memang benar sekali.
Menurut Ibu, ketika aku selalu membeli buku baru. Berupa novel, ataupun kumpulan cerpen, itu sama persis seperti ayah.
Soalnya, waktu aku belum lahir kedunia. Lemari buku di rumah, penuh sama buku. Buku apa saja. Dan didominasi novel.
Hmmmmmmmmmm pantes, pas aku ke Perpus sekolah waktu zaman SMA dulu terus liat Roman judulnya : Atheis, serasa ga aneh aja ngeliatnya. Kaya yang udah pernah liat.
Eh ternyata, ga sengaja juga, sewaktu membereskan lemari buku –yang udah ada sebelum aku lahir, aku nemuin buku itu. Atheis.
Oh pantes Ayahku punya bukunya, makannya serasa ga aneh.Tanpa pikir panjang. Aku langsung baca buku Atheis.
Nah, nah, nah. Terus, pas pulang jalan2 ama Fanda –my new friend-, ditanya sama Om. Beli apa aja disana. Aku jawab, beli buku. Nanya lagi –kaya wartawan -_-  - genrenya apa. Aku jawab lagi, cerpen.
Om langsung bilang. Mirip ayahmu. Beli buku, hampir yang seperti itu semua.
Kata om, novel zaman dulu juga ada yang genrenya laga misteri. Mau tahu apa? WIRO SABLENG -_- . sekalian aja, dendam nyi pelet, hahaha.
Mana ada di zaman seperti ini mah atuh!.
Zaman sekarang mah musimnya cinta-cintaan. Yaiks...
Meskipun aku suka beli  buku seperti novel, tapi ga ada tuh novel aku yang pure bergenre cinta.
Secara gitu ya, aku Cuma punya 2 novel. Lah? Katanya banyak?. Iya banyak.
Tapi, bukunya kumpulan cerpen semua. Dan semua buku kumpulan cerpen yang aku punya bergenre sastra.
Mulai dari Unsoir Du Paris –kumpulan cerpen lesbian-, Kembalinya Sang Kekasih –kumpulan cerpen Khalil Gibran- dan lain-lain. Oh ya, buku Psikologi juga ada dan lumayan banyak.
Pas aku tanya ibu, mana koleksi buku ayah, separuhnya lagi entah kemana dan entah dimana katanya.
Wah, sayang sekali. Padahal kan zamannya Balai Pustaka itu bagus-bagus karya karyanya. Hehe...
Terus, ada satu buku yang nyesel banget engga aku selesaikan bacanya. Black Hole.
Bayangin, Black Hole huahuahauhua .
Bukunya bercerita tentang biografi Stephen Hawking man..... .  Pencetus teori Big Bang.
Buku itu aku baca ketika aku kelas  10 -1 SMA-, sayang sekali tinggal beberapa puluh halaman lagi, aku kembalikan buku itu pada pihak yang berwajib –penjaga perpustakaan- .
Coba kenapa? Selain lumayan sibuk, waktunya itu mepet.
Ada batas waktu pengembaliaanya.
Dulu, pas  kelas 10 sering banget nongkrong di Perpus bareng Garnish ama Asri. Aduh kangen hey !.
Sekedar liat buku, siapa tahu ada buku yang menarik, belajar bareng, atau ngobrol apa aja.
Tapi semenjak pisah ke kelas 11, udah rada jarang juga ngunjungin Perpus.
Dari situlah jejak buku Black Hole menghilang.
Faktor Perpus yang di rombak, rak buku di rapikan, semuanya di tata sedemikian rupanya. Pakai AC pula Perpusnya.
And then, ada satu buku –majalah- yang dari dulu hingga sekarang tak pernah aku lewatkan. Majalah sastra horison.
Di gramedia pun ada, harganya hanya Rp.12.500. –wilayah Tasik-
Isi majalahnya berbeda dengan isi majalah onlinenya. Menurut aku lebih menarik yang majalah biasanya. Daripada majalah yang onlinenya.
Hmmmm. Oh ya Rin, siapa tahu kamu baca postingan ini. Aku sudah punya loh buku Pujangga Mumang hehe –pamer-.
Sekarang aku lagi nyari buku kumpulan cerpen Farida Susanty –Karena Kita Tidak Saling Kenal- yang dulu aku inginkan di Tasik sampai ga jadi-jadi mulu belinya. HAHAHA :D
Kamu udah punya buku baru apa? :)

Minggu, 12 Agustus 2012

Bogor 2 Juli 2012 ditengah malam

Entah ada angin apa. Tiba-tiba aku terpikir tentang blog.

Satu pertanyaan yang jatuh dengan tanda tanya super besar. Apa tujuanku mempunyai blog? Sebenarnya mengembangkan minat menulislah, alasan dan tujuannya. Tapi, begitu banyak tulisan aku yang stuck di tengah atau bahkan mungkin diawal. Memang susah-susah gampang, dalam hal tulis menulis itu. Apalagi tentang inspirasinya. Isnpirasi itu seperti hantu. Datang dan pergi begitu saja. Kapan saja dan dimana saja.


 Tulisan juga, tidak selalu harus dari hati –curhatan-. Tapi, menurut pandangan aku, para penyair dan pujangga pun menulis dari hati. Hanya saja mereka menulis dari apa yang mereka lihat secara luas : sosial, politik, ekonomi, budaya, agama dan lebih dari itu, bukan selalu tentang cinta. Jadi tulisan mereka  tidak terlihat seperti curhat, karena diimbangi oleh logika mereka. -Bukan berarti yang menulis dari hati untuk curhat tak menggunakan logika loh. Namun, kurang seimbang saja menggunakan logika dan hati diantara keduanya-. Bahkan mereka tambahkan ramuan sihir mereka dalam mengolah kata-kata yang mereka tulis, sehingga para pembaca takjub dan tersihir dengan rangkain-rangkaian kalimat mereka yang luar biasa.


Nah, masalahnya, aku –terlihat- baru peduli hanya pada lingkungan aku saja, jadi terkesan apapun yang aku tulis seperti curhatan. Ya, entahlah apapun namanya, mau curhatan, ataupun bukan. Yang terpentinga hanya satu : aku menulis. Karena aku suka. Bagus atau tidaknya suatu tulisan adalah satu yang harus kita ingat, dimana kita tenggelam di dalam prosesnya. Menikmatinya. Dan itu lebih dari cukup.

Beberapa bulan yang lalu, sungguh aku tersentuh dengan satu judul “SESAAT UNTUK SELAMANYA” yang di tulis oleh Rini di blognya. Dia bercerita tentang seorang Bunda –yang baru dia kenal- yang mengingatkan dia pada Mamanya. Aku rasa, inilah tulisan yang seimbang. Tulisan yang menggerakan tangan dengan hati, dan memainkan kata dengan logika sehingga pesan yang disampaikannya pun aku terima dengan baik. Sungguh menarik. Betapa kuatnya cerita itu, hingga aku membacanya sampai dua kali. Kali pertama, saat aku sekedar ingin tahu apakah ada tulisan baru di blognya. Dan kali kedua, aku sengaja menyempatkan membacanya lagi. Kenapa? Karena aku merasa tak berbeda jauh dengannya. Yang kadang selalu berbeda pendapat dengan Ibu. Betapa pun seorang ibu tidak pernah –kurang- setuju dengan pilihan anaknya. Mungkin, karena mereka memiliki naluri dan beberapa alasan yang kuat yang kadang kita tidak –kurang- mengerti akan hal kekurang setujuaanya itu. Kadang juga, ada saja beberapa Ibu yang tidak –kurang- setuju dengan pilihan anaknya karena obsesinya. Aku pun sependapat dengan Rini, biasanya sinyal kata “terserah” dari seorang Ibu, yang kita tangkap adalah “jangan”. Memang benar, jika restu orang tua selalu mengiringi dalam kehidupan kita, segala sesuatunya pun akan lebih mudah. Maka dari itu, tak sedikit pula, mereka yang sukses adalah mereka yang selalu patuh menjatuhkan pilihan mereka sesuai dengan keinginan orang tua mereka. Entah itu untuk kemajuan anaknya atau hanya sekedar obsesi orang tuanya. Tak sedikit juga, banyak anak yang menuruti perintah orang tua, malah tersesat di tengah jalan pilihan orang tuanya. Kalau sudah begitu, anak menyesal dan orang tua pun tak mau disalahkan.

   Yang paling jelas, bagaimana pun orang tua kadang tidak –kurang – setuju dengan pilihan anaknya. Yang aku tahu, yang terpenting buat mereka adalah kita bahagia. Di balik ketidak setujuannya pun pasti di lima waktunya ketika mereka menghadap Tuhan, mereka selalu selipkan nama kita di doanya.

     Aku bersyukur, untuk yang satu ini, Beliau menyemangati aku. Doakan aku ya bu, apa pun nanti jadinya aku, sekalipun bukan menjadi seorang penulis. Aku tetap bisa menmbanggakan ibu di jalan yang lain. Amien 

Jumat, 10 Agustus 2012

Yang Terkasih

bagian hati ini setengah hilang
aku ingat, katanya : "sedihmu adalah sedihku, tapi sedihku tak boleh jadi sedihmu"
sebegitu egoisnya aku?

yang terkasih, bukan aku yang memilih
tapi Tuhan yang menanam aku di rahimnya

maafkan aku,

Jumat, 22 Juni 2012

Puisiku


Hujan... 
Pendengarkan senandung lagu percikanmu pada mereka tentang aku.  
Hujan... 
Biarkan mereka tahu, aku dan kamu adalah satu kesatuan.  
Setidaknya mereka pun tahu, bahwa aku merindukan mereka.  
Mereka yang pernah hidup dalam hidupku.  
Yang menorehkan berbagai warna di kertas putih kehidupanku,  
Aku tahu, kertas hidupku mungkin tak seputih bayi yang baru lahir. 
Kertasku sedikit kusam oleh jalanku yang tak pernah luput dari dosa.  
Tapi setiap kali turun hujan, aku ingin mereka ingat aku.

Yang Terpilih

karena hati akan jatuh pada seseorang yang dia kehendaki
seberapa besar pun usaha kita lari dari cinta, cinta kan tetap mengikuti
saking hebatnya, dia memburu kita tanpa kita sadari
seberapa besar pun usaha kita menolak agar cinta tak menghampiri kita, karena hati akan jatuh pada seseorang yang dia kehendaki tanpa bisa -logika- kita pungkiri
bahwa hati yang jatuh adalah cinta
 
 
 

Kamis, 12 April 2012

Cerpen

Jingga
            Halo jingga, kini aku telah berada di Universitas yang telah kita janjikan bersama. Saat kita bertemu di kelas 11 ipa, ku lihat kau mencuri pandang padaku. Ataukah aku yang merasa kegeeran ?. Tapi, saat itulah takdir seakan sengaja mempertemukan kita, hingga kita menjalin hubungan -pacaran- sampai kita kuliah. Aku anggap seperti itu.Enam semester telah ku selesaikan dengan baik, semua nilai yang kudapatkan ini berkatmu. Entah dimana, aku percaya kamu pasti akan selalu mendoakanku. Terimakasih karena doamu, cita-citaku untuk cumlaude di semester pertama sebagai langkah awal dari perjuanganku dua semester lagi untuk menjadi sarjana, telah tercapai. Selanjutnya, ritual melihat fotomu sebelum mengahadapi tes apapun dan berdoa pada Tuhan tentunya, tak pernah aku lewatkan.Jingga, partikel rinduku berhamburan ke langit. Apalagi ketika langit menjadi jingga saat raja siang akan bergantian dengan dewi malam, hatiku mengatakan bahwa kamu pun merasakan hal yang sama denganku. Rindu.Karena aku tahu, kamu menyukai langit ketika jingga. “Hanya saat menjelang maghrib, aku bisa melihat jingga. Langit yang lainnya hanya hitam dan biru” gumamnya. Itulah yang kau ucapkan terakhir kalinya saat bertemu denganku, dan tanpa permisi kamu pun pergi ketika esok harinya ku lihat terpampang kata dijual di pagar rumahmu.            Beribu tanda tanya berjatuhan di kepalaku. Alasan apa yang membuat mulutmu bungkam atas kepergianmu?. Meskipun begitu, aku tetap akan menunggumu. Memang sulit rasanya. Aku tidak lagi muda. Usiaku telah cukup untuk merajut hubungan yang lebih serius dengan perempuan manapun kata ibu. Tapi, naluriku berkata bahwa kamu hanya untukku. Egois memang. Tanpa aku ketahui, bisa saja kau di tempat yang lain telah bersama yang lain pula. Entahlah yang aku dengarkan hanyalah suara racauan hatiku, kata ibu. Yang terus berusaha mencarimu.Di jejaring sosial Facebook dan twitter pun tak akan pernah kulewatkan pula untuk mencari namamu. Aku akui, harapanku padamu seperti lilin kecil yang hampir padam. Yang habis termakan api. Tapi sudah aku katakan, naluriku berkata bahwa kamu hanya untukku. Sehabis sembahyang, ku selipkan doa untuk cinta pertamaku. Kamu. Dan berharap kamu jugalah cinta terakhirku. Hidup itu memang sebuah kejutan dan misteri. Tuhan telah merancang naskah hidupku dengan sedemikian rupa, yang salah satunya ada bagian dimana aku harus kehilanganmu saat kita mengikrarkan janji untuk memasuki Universitas yang sama.Diingatanku masih terekam jelas, begitu manisnya wajahmu di pesta perpisahan sekolah. Dan pesta itu adalah benar-benar menjadi pesta perpisahan untukmu dan untukku.Ketika aku tahu, kau menghilang, sebagai tentangga yang baik, ibu dan aku berusaha menanyakan keberadaan keluargamu pada pak RT. Sebegitunya ya mereka menyembunyikan dimana kamu berada. Karena ketika aku menanyakan hal tentangmu pada sekolah, jawabannya tetap sama : mereka tidak tahu keberadaan keluargamu.            Malam ini aku bermimpi tentangmu. Kau mengenakan gaun putih dan meninggalkan aku. Memang benar, mimpi itu adalah bunga tidur, tapi apa ini juga merupakan sebuah pertanda?.Jingga, mimpi itu menakuti aku. Mengirimkan sinyal pengingat untukku bahwa kematian bisa terjadi pada siapa saja, termasuk kamu. Atau aku, dan mungkin semua orang yang aku sayangi pun.“Aneh kamu Sal, kamu terlalu fanatik pada Jingga. Kamu egois, tak pernah memikirkan dirimu sendiri dan orang lain yang mencoba masuk kedalam kehidupanmu. Cobalah buka pintu hatimu, Sal. Siapa yang tahu apakah Jingga masih hidup? jikalau masih hidup bagaimana jika dia pun telah bersama yang lain?” teringat ucapan ibu ketika mimpi itu menghilang.Seburuk apapun nanti apa yang akan terjadi, aku harus menerimanya, sekalipun mimpi itu menjadi nyata. Karena ini merupakan kehendak Tuhan. Tapi, apa ini namanya cinta sejati? Yang rela menunggu sesuatu yang tidak pasti? Yang ikhlas setia mengabdi untuk satu hati?. Padahal keagungan cinta meletup bukan pada waktunya. Saat kita berada di umur yang belia, di SMA. Namun, pantaslah si Majnun gila pada Laila karena cinta dan pantaslah Romeo rela mati demi juliet karena cinta, lantas apakah aku akan mengalami suatu hal yang sama karena cintaku pada Jingga?.            Semester tujuh, seperti mendapatkan hadiah dari Tuhan. Ketika dua orang berbaju serba hitam menghampiriku. “Apakah kamu yang bernama Faisal” dengan suaranya yang lantang. Sempat aku berpikir, bahwa mereka adalah depkolektor. Tapi, ah mana mungkin, aku tidak pernah meminjam uang di Bank. Yang ada tabunganku sedikit bertambah setiap bulannya, karena gajiku dari pekerjaan sampingan selalu aku tabungkan. “Salam sayang, untuk cinta pertama dari Jingga” dia berbisik. Sontak aku kaget dan perasaan aku pun menjadi campur aduk.Terimakasih Tuhan, ini jawaban atas doa-doaku, bahwa dialah yang akan menemukan aku.            “Apakah jam kuliah mu telah usai? mereka bertanya. “Tentu”. Dengan segera, aku di ajak mereka menuju suatu tempat yang aku pun tidak tahu. Aku yakin, mereka akan membawaku padamu, Jingga. Begitu banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Dan aku pun akan senang, jika kamu bercerita banyak padaku. Sepanjang perjalanan, telah aku siapkan pertanyaan pertatma yang akan aku ajukan padamu. Ya alasanmu meninggalkan aku. Itu adalah pertanyaan pertamaku. Namun, apa yang terjadi setibanya disana?.Namamu ada di nisan itu. Ya namamu. Jingga Arievta. Aku menangis, dan semua mebisu. “Maafkan kami nak, bukan maksud kami menjauhkanmu dari Jingga. Ketika Jingga memutuskan untuk berobat ke Singapore, dia tidak ingin kamu tahu, bahwa dia mengidap penyakit nak. Katanya dia tidak mau menghancurkan harapanmu lebih awal” ibunya memelukku. Aku masih tetap menangis. Semuanya membisu, hanya isak tangisan yang terdengar dikeheningan keadaan sekitar pemakaman. Aku mengerti, mimpi itu adalah pertanda, bahwa aku akan bertemu dengamu dalam keadaan alam yang berbeda. Aku ikhlaskan kepergianmu Jinggaku

Senin, 05 Maret 2012

Hariku

besok atau tepat pukul dua belas malam nanti, umur yang telah berjalan maju, mengurangi kesempatan ku untuk terus hidup.
siapa yang akan tahu, jika Tuhan akan berkehendak lain ?
hadiah yang aku pinta hanyalah doa yang terus mengalir dari mulut yang biasa kamu gunakan dengan bualan konyolmu untuk membuatku merekahkan sedikit senyuman.
terimakasih untuk kasih sayang yang telah kamu berikan hingga saat ini, hingga aku tak pernah merasa kehausan.
tetaplah sederhana, seperti isi kado yang indah, yang luarnya hanya berbalutkan kertas koran.
karena apapun yang telah kita rangkai adalah kebahagiaan yang bagiku tidak akan pernah ada kata kesia-siaan, sekalipun kekecewaan kadang meraup sedikit kebahagaiaan kita.

Sabtu, 03 Maret 2012

Naskah Motivasi

Kadang penantian itu tidak selalu membuahkan hasil yang kita inginkan. Percayalah, Tuhanmu lebih tahu, jalan mana yang terbaik untukmu. Selama kau yakin padaNya, Tuhanmu kan memberi apapun yang kau butuhkan dengan jalan yang Dia rancang. Seterjal apapun jalan yang kau tempuh, Tuhanmu telah menyiapkan tempat tujuanmu yang indah. Bicara selalu lebih mudah tak seberat kenyataan yang nanti akan kita terima. Namun, Tuhanmu tidak akan pernah membiarkanmu sendiri. Sesungguhnya, Tuhanmu lebih dekat daripada urat nadimu. Hidupmu telah ternaskahkan, hidupmu telah tersuratkan diatas kertas kebahagian yang telah Dia tuliskan tentangmu. Tentang kisahmu.
Kau bisa mengubahnya. Mengubahnya dengan usahamu yang selalu percaya akan kehendakNya dan selalu berdoa terhadapNya. Mengubahnya, bukan berarti kau dapat menuliskan naskahmu semaumu. Membuat jalan cerita yang kamu inginkan. Bukan itu yang dimaksudkan. Tetapi, perjalananmu kan lebih indah jika kau menyertaimya dengan 2 hal itu. Semuanya bukan harapan dan mimpi jika kau membangun tiang mimpimu dengan 2 hal itu. Yakinlah, semuanya yang Tuhan ciptakan tidak akan pernah ada kesia-siaan. Seburuk apapun tampilan naskah cerita hidupmu, seusang buku tua yang telah terlupakan pun, Tuhanmu kan memberikanmu sebuah tambatan. Tambatan dimana kau bisa merasakan betapa Tuhanmu menyayangimu. Tuhanmu mengasihimu, dan Tuhanmu tak pernah meninggalkanmu.
Saat kau merasa kehilangan, saat kau merasa jalanmu sangat terjal, dan saat kau merasa semuanya begitu pahit melebihi pahitnya racun, kau sendirian. Bukanlah Tuhanmu yang meninggalkanmu hingga kau merasa sendiri. Dirimulah yang jauh darinya. Jauh dari Dia yang jelas-jelas selalu disampingmu.
Menjadi seseorang yang terbuang memang menyakitkan, tapi lebih menyakitkan jika kau jauh dariNya. Jauh dari naungan kasih sayangNya.