Music

Kamis, 18 Agustus 2011

17 Agustus 2011

untuk yang kesekian kali
ini tentang sabotase diri
tentang penimbunan rasa
sesuatu yang membuat semuanya terasa sesak

dini, aku tenggelam dalam air yang tenang
yang kukira, memusnahkan dahaga

tapi apa?
salah untuk yang kesekian lagi
air itu menghanyutkan aku dari dangkalnya sebelum palung

sore itu, matahari melambaikan tangan perpisahannya
serta mengucapkan selamat tinggal dengan pancarannya yang kuning keoren orenan

tapi apa?
nampaknya aku tidak sepenuhnya ikhlas
menyambut sang dewi malam

raja siang memberi aku keberanian melihat segala sesuatu dengan jelas,
namun sang dewi malam membuat aku ketakutan terhadap apa yang aku lihat -semu

menjadi geganat yang siap meledak jika di injak adalah aku
tapi aku berupaya ...
berhias memakai topeng senyuman serapi mungkin
berharap tidak akan pernah luntur walau di timpa air langit yang jatuh

penyabotasean ini memberi sedikit kesakitan
sakit yang menyesakan

sakit ini menjadi siklus yang harmonisasinya tidak stabil sejalan dengan arah kejujuran yang harus kita ungkapkan sepahit apapun

Jumat, 12 Agustus 2011

cerita

untuk apa bercerita?
hanya aku yang jatuh
kenapa yang lain tidak?

seringlah aku, bahkan selalu
berusaha kabur dalam hujan deras dan petir
berteduh dihatinya
tidak membuat ketenangan

cengeng, hujatnya
ayo, rasakan apa yang aku rasa!
deras hujan selalu ada dikehidupan
cerita ini tak penting untuk diketahui

hanya keindahan dan kebahagiaan yang aku goreskan pada mereka
dikertas putihnya bersinar seperti matahari
padahal kertasku hitam kelam seperti mendung
yang akan dijatuhi air deras

cerita bahagia, sukarela ku bagi
cerita dukaku, biarlah aku
siapa peduli, masuk telinga kanan keluar telinga kiri...
cecarku pada mereka !

Senin, 08 Agustus 2011

Buncah

aku seakan dikejar sang waktu yang selalu berusaha mendewasakan aku.
daun yang menguning jatuh berguguran, pertanda waktu menakdirkannya untuk meranggas dari tumpuannya.
alam ini telah membuat perjanjian, yang isinya semuanya telah tersuratkan dan tak kan bisa berlari dari sang waktu.
ini adalah tentang pengertian.
mengerti dan dimengerti...
memahami dan dipahami...
tapi semuanya tak sejalan dengan sang waktu.
waktu itu membuncahkan aku,
obat penenang yang aku punya adalah do'a, meminta Tuhan mengampuni aku karena waktuku.
riwayatku mengatakan memburuk, tapi hasratku mengatakan membaik.
bermaksud tak ingin diketahui, tapi mereka mungkin telah mengetahui.
mematung, bisu bagai tihang tinggi yang menjadi saksi atas aku, atas waktuku, dan atas perbuantanku.
semuanya telah membuncahkan aku, mengundang rasa bersalah dan penyesalan lagi, yang sebenarnya aku, waktu yang aku kumpulkan untuk menghapus riwayatku yang kusam terbukukan oleh waktu.
tapi Tuhan, ini terulang lagi lebih dari kesekian kalinya.
aku kalah lagi dengan aku, waktuku, perbuatanku.
semampuku menjaga buku baru, akhirnya tercoreng lagi.
ini bulan putih, tapi aku malah menggoreskan sesuatu yang hitam.
ini bulan suci, tapi aku malah menggoreskan sesuatu yang kotor.
angin pun sepertinya sengaja membisikan sesuatu yang lembut ke telinga mereka.
malam itu, aku memejamkan mata. sengaja agar aku tak tahu, bahwa aku bermimpi buruk dalam selimut dingin gelapnya malam.
bohong, itu nyata.
siang seperti tak mau membukakan selimut dingin itu.
Tuhan.... aku benar-benar terbuncahkan.
aku katakan dia penyebabnya, dia obat yang menjadi racun.
kesakitanku sembuh karena dia, tapi aku overdosis olehnya.
sebenarnya Tuhan itu dekat, melebihi urat nadiku. 
dan hukum alam itu mengiringiku untuk menguji imanku.
Tuhan, ampuni aku..
hambaMu ini yang selalu berbuat salah dan khilaf 'disini' hanya hidup sementara waktu.
hamba ingin kelak 'disana' hidup selamanya yang abadi dengan ketenangan tanpa kebuncahan.
Engkau yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemurah, Maha Pengampun kabulkanlah doa'aku -obat penenangku.
amien......



Jumat, 05 Agustus 2011

Agustusku

selamat tinggal juliku !
ku ucapkan dengan nada lirih dan berharap agustus memberiku kekuatan agar aku terus berharap pada hal yang ingin aku capai tentunya.
harapan dan harapan itu, selalu aku jaga dan aku rawat agar tidak layu bagai bunga yg seharusnya mekar pada waktunya.
sampai saat ini, aku tak habis pikir dengan sikapku.
mungkin aku terlalu banyak mengundang masalah yang sebenarnya sama sekali tidak ada masalah.
entahlah cukup aku saja yang mengetahui sebenarnya jiwaku ada dimana. dan perlu kalian ketahui, sebenarnya aku berbohong tentang tempat keberadaan jiwaku. sama sekali aku pun tidak tahu dan berusaha semampuku untuk mencari jiwaku.
gundah. itu yang selalu aku rasa. berusaha bersikap seolah olah ada sosok yang menemaniku di saat aku merasa sepi di tengah keramaianku.
aku hanya bisa mengasihani diriku sendiri.