Hanya Aku yang Mengerti
" jika saja, kalau bukan karena kewajiban, mungkin saja aku berani mengambil keputusan itu !".
" jadi kamu tak berani ?, bukankah usiamu telah cukup ?"
"bukan hal itu yang aku khawatirkan, tentangku, tentang usiaku, tentangmu, tapi tentang hidup kita !"
" kita ? "
" ya kita !, lantas siapa lagi ?"
" hmmmm aku pikir, aku merasakan hal yang sama denganmu !"
" sisi lain, kita siap, tapi di sisi lainnya lagi kita tidak siap ".
" ya...."
" kita sabar, toh hidup tak cukup sampai di situ ".
" bagaimana, jika Tuhan berkata lain untuk kita ?, akankan kamu siap dengan keputusanku ?"
" jika Tuhan sudah berkehendak lain, untuk kita, mungkin aku tetap siap pada keputusanmu, sepahit apapun itu ".
" yakin ?".
" terdengar menggelikan !, tugasnya akan selesai jika kita telah memiliki kehidupan yang baru ".
" ya, justru itu. tugas mereka belum selesai, dan kalau bukan karena beribadah dan kewajibannku pada mereka, aku lebih baik bersamamu ".
" dan sayangnya, sama. tapi, aku kasihan padamu. sudah ku bilang toh hidup tak cukup sampai di situ ".
" hanya Tuhan yang tahu ".
cakap apeulaa kau ni ?
BalasHapus