Tidak sehalus julukannya. ini yang membuat aku tercengang menghentikan kebahagiaanku sejenak. karena ini, aku tak bisa menerimanya , sungguh tidak. jika pun aku mendapatkan ini.
ini adalah sebuah keputusan, yang tidak bisa mengajukan hak banding pada pengadilan Agung Sang Pencipta.
Lagi - lagi hanya bisa mengelus dada. ketidakharmonisan terleflesikan rautan di wajah. bersembunyi di balik semak keceriaan adalah kebodohan.
Siapapun dapat membaca. aku tahu. ada yang lain, yang terikat borgol besi takdirNya. karena semua ini bukan pilihan. maka terimalah dengan segala paksaan.
Sebelum pengumuman, sesuatu telah membisikan. Kedewasaan umur, tetap saja tidak menjanjikanku bersikap dewasa.
katanya aku harus merasa bangga pada orang yang mempunyai julukan sehalus budinya.
setengah hati kupalingkan diri. meretakan cermin pun jadi. lebih baik berpaling sendiri.
katanya aku begitu beruntung memiliki dia yang tangguh.
katanya aku harus tersanjung, karena dia memiliki sosok keduanya.
sayangnya, itu katanya. kata mereka yang tidak tahu bagaimana keadaan dalamnya.
apa yang mereka tahu ? itu hanya berdasarkan katanya tentang aku.
aku enggan bersamanya. itu tidak sepenuhnya.
aku enggan ada di hatinya. itu tidak sebenarnya.
aku enggan menjadi bagian hidupnya. itu tidak semutlaknya.
karena caranyalah, yang membuat bahwa aku tidak pernah berada di jalan yang sama dengannya, bergandengan tangan, seringnya bersama dalam jarak yang berjauhan, berhipotesis : sekat pemisah terlalu kokoh. membiaskan perbedaan yang sangat jelas. antara aku dengan julukan halusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar